Daftar isi
- 1 Shalat mencegah perbuatan keji dan mugkar
- 2 ”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
- 2.0.1 Umar bin Khoththob ra dan para sahabat sangat menahan amarah terhadap perilaku sahabat tersebut. Rasul kemudian membuka bajunya. Sahabat yang ingin mencambuknya lalu merangkul Rasul. Sambil berkata, “Saya hanya ingin melihat kulit Rasul saja,”. Umar dan para sahabatpun merasa lega. Rasul bersabda.”Jadikanlah ya Allah kutukan atau cacianku itu sebagai shalat atas mereka kelak di hari kiamat!” (HR Ahmad).
- 2.0.2 ”Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. Qs 79 :40-41
Shalat mencegah perbuatan keji dan mugkar
maka ia dapat bernilai pencegahan (preventif) dan juga pengobatan (kuratif). “Shalat itu tiang agama, sesiapa yang menegakkan shalat bermakna menegakakan agama, sesiapa yang meninggalkan shalat berarti menghancurkan agama”, demikian Rasul bersabda. Menegakan agama itulah shalat aktual. Shalat dan agama ibarat tiang dan rumah. Rumah tanpa tiang tidak akan berdiri. Demikian pula seseorang tidak akan bisa menegakkan agama bila ia tidak menegakkan shalat.
Dan sebaliknya seseorang tidak dikatakan menegakkan shalat bila ia tidak menegakkan agama (ritual harus diaktualkan. Dan aktual harus diritualkan)” Karena itulah, seseorang di vonis mendustakan agama bila hanya menunaikan shalat ritual tetapi tidak shalat aktual, demikian pula sebaliknya, seseorang yang shalat aktual tetapi tidak melaksanakan shalat ritual.
Orang yang melaksanakan shalat ritual, tetapi praktik kesehariannya bertentangan dengan shalat ritualnya, ia belum shalat. Sejalan dengan itu, orang yang beragama tanpa shalat, ia akan hancur. “Tidak beragama, jika seseorang itu tidak melaksanakan shalat.” HR Thabrani
Stempel mendustakan agama disandang oleh mereka, disebabkan mereka kurang peduli dengan shalat ritual dan aplikasinya dalam shalat aktual. Dalam hal ini, mereka kurang mewujudkan komitmen sosial seperti menyayangi anak yatim, orang miskin, dan enggan memberi bantuan. Jikalau mereka mewujudkan komitmen sosialpun, tidak lepas dari unsur pamrih (riya).
Ayat di bawah ini menggambarkan secara gamblang tentang gambaran di atas.
”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin, maka celakalah orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai terhadap shalatnya yang berbuat riya dan enggan memberikan bantuan.” Qs 107:1-7. Shalat ritual itu merupakan simbolik, sedangkan substansi shalat adalah aktualisasinya yaitu menolong orang lain. Walaupun simbolik, itu tetap ritual yang harus kita laksanakan.
Ternyata, apapun yang kita lakukan untuk memperoleh ridlo Allah, oleh Nabi Muhammad saw itu juga disebut shalat, istilahnya shalat actual. “Memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran yang kamu lakukan adalah shalat, menolong orang yang susah merupakan shalat, perbuatan menyingkirkan sampah dari jalan juga merupakan shalat dan setiap langkah yang engkau lakukan menuju tempat shalat juga merupakan shalat.” (HR Ibnu Khuzaimah).
Rasul pernah bertanya kepada para sahabat siapakah diantara kalian yang pernah terkena cacianku? Yang pernah, agar memberikan balasan kepada Rasul. Satu diantara sahabat berkata, “Saya pernah terkena cambuk tuan ketika perang, karena itu saya ingin membalas mencambuk tuan.” Sabda Rasul, “Silakan!”. “Tetapi waktu itu saya dicambuk dalam kedaan telanjang dada. Karena itu bukalah pakaian Anda ya Rasul!”.
Umar bin Khoththob ra dan para sahabat sangat menahan amarah terhadap perilaku sahabat tersebut. Rasul kemudian membuka bajunya. Sahabat yang ingin mencambuknya lalu merangkul Rasul. Sambil berkata, “Saya hanya ingin melihat kulit Rasul saja,”. Umar dan para sahabatpun merasa lega. Rasul bersabda.”Jadikanlah ya Allah kutukan atau cacianku itu sebagai shalat atas mereka kelak di hari kiamat!” (HR Ahmad).
Bahkan shalat disebut sebagai quran (quranul fajr Qs 17:78). Mengapa? Karena melaksanakan shalat berarti melaksanakan quran, melaksanakan quran bermakna kita shalat aktual. “Dan apabila dibacakan Al quran mereka tidak sujud”. Qs 84:21. 17:107. Sujud di sini bisa bermakna sujud karena mendengar ayat-ayat yang memerintahkan sujud (sujud tilawah) dan sujud dalam arti melaksanakan ayat Al quran. Bila selesai shalat ritual maka laksanakan shalat aktual dalam semua aktivitas.
“Selanjutnya apabila kamu telah menyelesaikan shalatmu, ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring.”Qs 4:103, ingatlah Allah dalam semua kondisi, berdiri, duduk dan berbaring, itulah shalat aktual.
Shalat diawali dengan takbir. Bagaimana aktualisasi takbir? Kita membesarkan Allah. Mari kita merendahkan diri dan merasakan takut kepada Yang Maha Besar. Ini akan menimbulkan jiwa besar yang merupakan pantulan dari kebesaran Allah. Jiwa besar tidak akan terpikat dengan godaan urusan dunia, sehingga melalaikan shalat. Lebih jauh dari itu, seseorang yang berjiwa besar akan sanggup mengendalikan pengaruh dunia dan isinya, sehingga tidak hanyut dalam arus hawa nafsunya.
”Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. Qs 79 :40-41
Begitupula dengan menundukan pandangan ke arah tempat sujud. Tidak menoleh ke arah kiri dan kanan atau ke atas. Bagaimana aktualisasinya? Kita menundukan nafsu, dan memusatkan diri kepda sasaran tugas yang telah direncanakan.
Ritual shalat yang harus kita bahas selanjutnya adalah tentang ruku dan sujud.“Kamu melihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridoan-Nya, pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan Injil.” Qs 48:29
Baca juga: CIRI-CIRI ORANG BERIMAN
Jika kita ruku dan sujud, harus sempurna.
“Sejelek-jelek manusia mencuri adalah orang yang tidak menyempurnakan ruku dan sujudnya.” Hr Ahmad.
Jika demikian, anti mencuri dan anti korupsi merupakan implementasi dan aktualisasi dari ruku dan sujud shalat.
Ruku dan sujud menandakan kita taat, disiplin, tawadhu’ dan tidak sombong. “Dan segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi hanya bersujud kepada Allah yaitu semua makhluk bergerak (bernyawa) dan juga para malaikat dan mereka tidak menyombongkan diri,” Qs 16:49. Sombong itu melaksanakan larangan Allah, tidak berqur’an. Qs 7:166
Bila kita sujud, sujud kita hanya untuk Allah artinya kita tidak akan sujud kepada apa dan siapapun, selain kepada Allah.. Shalat aktualnya ialah Anda telah membebaskan diri dari penghambaan dan perbudakan kepada makhluk-Nya. Saat Anda sujud, di sanalah Anda berada dalam ruang dan waktu yang sangat dekat kepada Allah. Rasulullah Saw bersabda,”Masa yang paling dekat dari seorang hamba kepada Tuhannya ialah dikala sang hamba sedang sujud, oleh
karena itu perbanyaklah berdoa di dalamnya.” Hr Ahmad. Bersujud dan mendekat ada dalam satu rangkaian kata yang sangat indah “Wasjud waqtarib” Artinya “Dan bersujudlah serta mendekatlah!” Qs 96:19.
Sungguh bentuk sujud yang diajarkan Islam adalah bentuk yang sempurna dalam rangka ibadah kepada Allah, karena sujud yang demikian itu diajarkan Allah kepada semua Nabi sampai Nabi terakhir Muhammad Saw. DR Ahmad Sudirman Abbas, The Power Of Tahajud, Qultum Media, hal 23.
Mutiara Makna
1 Comment
View Comments