Shalat bukan untuk kepentingan Allah tetapi untuk kepentingan manusia. Tidak hanya shalat lima waktu, shalat yang lainpun sangat berguna bagi manusia, seperti shalat Jumat, tahajud, dan Ied.
“Jika menganggap enteng shalat Jum’at dan ingkar dengannya, maka Allah tidak menghimpunnya dalam perhimpunan-Nya. Allah tidak memberikan berkah pada persoalannya! Ketahuilah, tidak ada shalat, zakat, haji dan puasa baginya, tidak ada kebaikan baginya, kecuali bila ia bertaubat. Jika ia bertaubat, Allah akan memberikan taubat padanya”. (HR Ibnu Majah).
“Barangsiapa menghidupkan hari raya Iied al Fitri dan al Adha, hatinya tidak mati pada hari yang mati segala hati.” (HR Thabrani)
Shalat tarawih, puasa, dan shalat ied akan berguna dalam memberikan keuntungan ekonomi dan keamanan.
“Pada hari raya Fitri, para malaikat berhenti di pintu-pintu jalan, mereka berseru,”Berpagi- pagilah kamu, hai jamaah muslimin, kepada Tuhan yang Maha Mulia, yang telah memberikan nikmat dengan kebaikan.
Kemudian ia memberi pahala yang besar. Sungguh kamu diperintahkan shalat pada malam bulan Ramadan karena shalat berguna bagimu, maka kamu telah shalat. Dan diperintahkan puasa pada siang harinya, kamu pun telah puasa. Kamu telah taat kepad Tuhanmu, maka terimalah balasan-balasan untukmu.
Apabila mereka shalat, berserulah mereka, “Ketahuilah bahwa Tuhanmu telah memberikan keampunan padamu, kembalilah ke kendaraan-kendaraanmu dalam keadaan mendapat petunjuk, Id al Fitri adalah hari keuntungan, hari tersebut di langit dinamai hari keuntungan.”HR Thabrani.
Selain shalat tarawih dan ied, shalat sunnah yang lain pun akan berguna memberikan efek pada kesejahteraan manusia, antara lain shalat duha dan tahajud.
“Wahai anak Adam, jangan sekai-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang (duha) nanti pasti akan aku cukupkan keperluanmu pada petang harinya (Hr Hakim)
“Barangsiapa memelihara shalat duha, diampuni dosa-dosanya sekalipun banyaknya seperti buih di laut” (HR Ibnu Majah)
Demikian pula shalat tahajud. Dengan tahajud akan memperoleh “maqomammahmuda” (level yang terpuji). Jika manusia sudah mencapai maqom yang terpuji ini, seluruh keperluan hidupnya pasti akan dicukupkan rezkinya oleh Allah Swt. Shalat Tahajud merupakan bentuk syukur kita kepada Allah.
Siti Aisyah ra melihat Rasul shalat tahajud, beliau berdiri agak lama sehingga kakinya bengkak-bengkak, lalu ibu kaum mukminin ini bertanya, “Mengapa Rasul sampai melakukan hal tersebut padahal Rasul sudah mendapatkan jaminan surga dan ampunannya.
Beliau menjawab, “Ya Aisyah apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur,” (HR Bukhori) “Allah Swt menyatakan bahwa sesiapa saja orang yang bersyukur kepada Allah maka Ia akan menambah nikmatnya kepada orang yang bersyukur tersebut.”
Baginda Rasul juga besabda tentang shalat tahajud yang sangat berguna sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah sebagai berikut:
“Lazimilah shalat malam sesungguhnya shalat malam itu kebiasaan orang-orang shalih sebelum kamu dan mendekatkan kamu kepada Tuhanmu, mencegah dosa-dosa, menjadi kifarat kesalahan-kesalahan dan menolak penyakit dari tubuh!” Jika kita mendekati Allah sehasta maka Allah mendekati kita sepuluh hasta.
Jika kita mendekati Allah sepuluh hasta maka Allah mendekati kita seratus hasta demikian seterusnya. Dengan shalat-shalat tersebut kita menjadikan Allah sebagai tempat bergantung untuk memperoleh kamajuan perekonomian kita. Jangan bergantung kepada orang lain, walaupun disebutnya orang “pintar”.
Stabilitas Keamanan dan Perekonomian. “Allah membuat perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram (stabilitas keamanan negeri ini terjamin), rizkinya datang kepadanya melimpah ruah dari berbagai tempat (negeri ini cukup pangan, makmur dan sejahtera atau stabilitas perekonomiannya lancar).
Baca jyuga: Riya, Penyebab Ditolaknya Ibadah
Tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” Qs 16:112
Ayat ini menyatakan bahwa stabilitas ekonomi (tidak kelaparan) dan keamanan (tidak ketakutan), dua hal yang harusnya menjadi pakaian. Ibarat kata, pakaian harusnya bersih, indah, rapi, dan tampak bekas gosok seterikaannya.
Diusahakan agar pakaian tersebut tidak compang-camping sehingga aurat tidak terbuka. Jika pakaian compang-camping dinisbatkan pada negara, alangkah malunya negara. Ia akan dinilai sebagai negara yang salah urus.
Agar negara tidak salah urus, kita harus memperhatikan pakaiannya, yaitu ekonomi dan keamanan.
“Sungguh kami telah memberikan kepada mereka akhlak dengan akhlak yang tinggi yaitu selalau mengingat negara.” Qs 38:46.
Bangsa yang tidak berakhlak yaitu tidak melaksanakan perintah Tuhan dan tidak menjauhkan larangan Tuhan akan ditimpa pakaian kelaparan dan ketakutan
Adanya pasang surut antara kesempitan, penderitaan dan kesenangan dimaksudkan oleh Allah, agar manusia tunduk dengan merendahkan diri.
“Kami tidak mengutus kepada seorang Nabipun kepada sesuatu negeri (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu). Melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan (ekonomi) dan penderitaan (keamanan), supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri. Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak dan mereka berkata,” Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan,” Maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya.” (Qs 7:94,95).
Kelaparan dan ketakutan akan terjadi karena banyak penjahat di sebuah negara yang tidak mau tunduk kepada Allah. Mereka melakukan tipudaya dengan korupsi, mark up anggaran, suap-menyuap, dan pencucian uang.
“Dan demikianlah kami adakan tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipudaya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak menyadarinya.” (Qs 6:123)
Mutiara Makna
1 Comment
View Comments