Mutiaramakna. Berbeda dengan kerudung, jilbab merupakan kerudung yang menutupi wanita tidak hanya kepala, tetapi juga dada dan pinggulnya.
Cantiklah dengan berjilbab!
Hampir setiap wanita, jika mengenakan jilbab inner beauty cantik, maka lahiriyahnya pun cantik. Sebab wanita berjilbab melambangkan kesucian dirinya.
“Pakaianmu sucikanlah.” Qs 74:4 Pakaian yang dimaksud ini adalah pakaian jasmani dan rohani, keduanya mesti suci.
“Allah menyukai orang-orang yang tobat dan orang-orang yang menyucikan diri.” Qs 2:222. Suci lahir dan batin bagi kaum hawa dilambangkan dengan penggunaan jilbab.
Jilbab mulai marak di Indonesia pada era tahun 80 an, ditandai dengan terbitnya buku karya Ir Hasnul Ahmad, dengan judul “Dosa-Dosa Besar yang Dilupakan Umat Islam.” Serta berkembangnya aktivitas-aktivitas anak muda yang mulai sadar dengan pedoman hidupnya. Pedoman hidup yang berasal dari petunjuk langit yaitu Al quran. Ketika itu jilbab merupakan sesuatu yang asing.
“Sesungguhnya agama itu muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing pula, maka sungguh beruntunglah bagi mereka yang terasing yaitu orang-orang yang selalu ingin memperbaiki apa-apa yang telah dirusak oleh manusia, di zaman sesudahku dari sunnah-sunnahku.”HR Tirmidzi.
Tidak mudah membumikan jilbab ini. Romantika pahit getir para muslimah yang ditolak oleh institusi pendidikan dan berbagai perusahaan, bahkan di rumahnya sendiri, menjadi cerita tersendiri. Tidak kalah serunya ungkapan berbagai kalangan yang menyatakan jilbab itu budaya Arab.
Namun, pada era tahun 2000 an pemakaian jilbab sudah tidak menjadi asing lagi, dan hampir merata di seluruh Indonesia. Demikian juga kerudung.
Kerudung merupakan penutup kepala seperti yang dipakai kaum ibu kebanyakan, yang hanya menutupi kepala dan sebagian dada, dalam bahasa Arabnya disebut himar. Kadang-kadang kerudung ini, dipakai dengan tidak sempurna di mana rambut sang wanita nampak terlihat.
Kini, kerudung (juga jilbab) ini sering dikenakan oleh para wanita yang terjerat kasus hukum. Ketika menjalani sidang di pengadilan, mereka menggunakan kerudung, sebagai upaya mengurangi beban psychologis.
Sedangkan busana taqwa atau jilbab yang umum dipakai di Indonesia, ialah yang menutupi seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan muka, sesuai pesan nabi kepada sayyidah Asma Ra.
Baca juga : Hati Bersih Aurat Bersih
Ada lagi model jilbab, tetapi dengan bercadar dan berkaos tangan, serta warnanya harus hitam, kebanyakan menjadi ciri khas warga di Timur Tengah. Di Iran, penggunaan pakaian ini sangat merata. Sehingga, tidak tampak adanya perbedaan antara kaya dan miskin.
Kerudung dan jilbab merupakan simbol perjuangan melawan kolonial. Di mulai ibu Fatmawati, Nyai Agus Salim dan Nyai Ahmad Dahlan dalam bentuk kerudung, sampai simbol perjuangan melawan kebebasan tak terbatas wanita modern, dalam bentuk jilbab.
Benarkah Jilbab itu Budaya Arab?
Mari kita lihat perlakuan budaya Arab pada masa jahiliyah tentang wanita. Budaya Arab sebelum Islam berkuasa di Mekah terhadap bayi perempuan. Bayi wanita dianggap aib, dikubur hidup-hidup.
“Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya.” Qs 16:58
Ada dua pilihan yang dilakukan kafir Quraisy dalam menyikapi kehadiran bayi perempuan yakni,
”Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu.” Qs 16:58
Allah bertanya,”Atas sebab apakah bayi-bayi perempuan dibunuh?” Qs 81: 9
Bayi laki-laki pun banyak yang dibunuh karena orangtuanya takut miskin.
“Janganlah membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi
rizki kepadamu dan kepada mereka.”Qs 6:151
“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan jahiliyah.” Qs 48: 26.
Kesombongan dan kebanggaan jahiliyah (tabarrojul jahiliyah) bangsa Arab saat itu adalah:
- Membunuh bayi perempuan
- Mandi dan thawaf telanjang bersama-sama.
- Buang air tak tertutup dan terlihat farji (alat kelamin) sesuatu yang lumrah.
- Baju yang terbuka,
“Wanita Arab memakai baju kurung dengan kerudung yang dilepaskan dari kepala terulur ke belakang dan belahan baju yang di muka tinggal terbuka sehingga terbukalah belahan dadanya dan pangkal susunya, dengan tujuan agar kelihatan dadanya (bagian atas dari pangkal susunya) dan perhiasan-perhiasan yang dipakainya, seperti kalung yang ada di lehernya. (Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, KH Munawar Kholil, Pt Bulan Bintang, buku keempat, hal 286, th 1987).
- Pakaian transparan.
Rasul bersabda,”Ada dua golongan manusia dari penghuni neraka yang aku tidak pernah melihat keduanya yaitu segolongan manusia yang memiliki cambuk, seperti seekor sapi yang mereka memukul dengan cambuk itu terhadap sesama manusia dan segolongan wanita yang berpakaian telanjang (minim), jalannya miring-miring sambil lenggak-lenggok kepala mereka seperti punuk unta yang lenggak-lenggok. Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan memperoleh baunya surga. Padahal wangi surga itu sesungguhnya bisa dihirup dari jarak perjalanan, sekian-sekian (sangat jauh sekali.)” HR Muslim.
Mutiara Makna
1 Comment
View Comments