Mutiaramakna. Setelah perang Hunain selesai, Nabi Pun memerintahkan seluruh pasukan, agar mengumpulkan seluruh harta rampasan perang sampai yang sekecil-kecilnya seperti jarum dan alat jahit, dengan ancaman neraka bagi yang tidak menyerahkannya.
Istilah Baju Dalam dan Baju Luar
Nabi memberikan harta rampasan perang Hunain kepada seluruh pasukan, bagi tiap-tiap anggota pasukan yang berjalan kaki masing-masing empat kepala unta dan 40 kambing dan artileri 12 kepala unta dan 120 kambing, Nabi sendiri mendapat seperlima harta rampasan perang, itu pun beliau kembalikan lagi.
Tetapi kepada mereka yang baru masuk Islam diberikan harta rampasan yang lebih banyak. Seperti sebagai berikut; Abu Sufyan bin Harb 100 unta dan 40 uqiyah perak. Dan kepada anak dan cucunya yang bernama Muawiyah dan Yazid masing-masing 100 unta dan 40 uqiyah perak. Jadi Abu Sufyan, anak dan cucu nya mendapat 300 kepala unta dan 120 uqiyah perak.
Abu Sufyan berkomentar bahwa Nabi adalah sebaik-baiknya orang yang berperang dan sebaik-baiknya orang yang berdamai. Lalu Nabi memberikan harta rampasan kepada pasukan Quraisy di luar keluarga Abu Sufyan kurang dari 100 kepala unta.
Ini terdapat dalam nubuat (prediksi kenabian) kitab Weda, Uphanisad bagian dari Athavaveda, berbunyi demikian:
“Allah itu mempunyai sifat-sifat yang tinggi, lengkap sempurna, Maha Mengetahui. Muhammad itu utusan Allah yang Maha Bijaksana, cahaya atas cahaya, Allah itu baqa (tidak rusak), Esa, Sempurna Selamanya dan Berdiri Sendiri.
“Hai orang banyak dengarlah ini dengan sungguh-sungguh! Orang yang terpuji (Muhammad) akan dibangkitkan di antara orang banyak. Kita mengambil orang muhajir itu di dalam perlindungan kita dari enam puluh ribu dan sembilan puluh musuh-musuh yang kendaraannya adalah dua puluh unta dan unta betina. Yang ketinggian kedudukannya sampai menyentuh langit, dan menurunkan langit. Beliau memberikan kepada mamah Risbi, beratus-ratus uang emas, sepuluh bulatan, tiga ratus ekor kuda Arab dan sepuluh ribu sapi.” (Atharva Veda, Kanda 20 Saukata 127 Mantra 1-3), dikutip dari Majalah Pedoman Masyarakat Medan, No 35 th II, pimpinan Buya Hamka dan KH Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Cet VI Jakarta, Bulan Bintang 1993, hal 156-157.
Para pemuda Anshar salah paham dan resah dengan tindakan Nabi seperti di atas. Orang-orang Quraisy yang baru masuk Islam mendapatkan harta rampasan yang lebih banyak daripada mereka.
Nabi menyikapi kegelisahan kaum Anshar dengan manajemen komplik yang sangat baik.
Beliau kumpulkan seluruh kaum Anshar di dekat rumahnya. Selain kaum Anshar tidak diperkenankan ikut dalam pertemuan khusus dan terbatas ini.
Rasul menanyakan desas-desus yang berkembang kepada kaum Anshar. Mereka menjawab bahwa sesepuh-sesepuh Anshar tidak ada yang berkata apa-apa. Para pemudalah yang mengeluarkan desas-desus itu. Mereka kaum muda yang berkata,”Semoga Allah mengampuni Rasulullah, beliau memberi kepada Quraisy sedangkan kami tidak. Padahal pedang-pedang kami yang menitikkan darah-darah mereka.’
Menjawab hal itu, Rasulullah Saw melukiskan kondisi kaum Anshar sebelum kehadiran Rasul bahwa awalnya kaum Anshar sesat, papa dan selalu saling bermusuhan. Rasul datang lalu mereka hidup berdasarkan petunjuk, memperoleh kemampuan dan saling bersatu lantaran kehadiran Rasulullah di sisi mereka. Kaum Anshar Pun membenarkan apa yang telah dikatakan Rasulullah.
Rasul Pun mengangkat keutamaan kaum Anshar dengan mengatakan bahwa Rasul datang tetapi didustakan, dihinakan, dimiskinkan, diusir, dan diteror. Kaum Ansharlah yang membenarkan, menolong, melindungi, memberi kemampuan, dan mengamankan Rasul.
“Demi sesungguhnya aku memberi kepada beberapa orang yang baru saja mengikuti Islam, karena aku sengaja menjinakan mereka di dalam Islam itu.” Selanjutnya Rasulullah berkata,”Wahai kaum Anshar! Tidakkah kamu rela! Mereka kembali dengan membawa unta dan kambing sedang kamu kembali dengan Rasulullah ke tempat tinggalmu? Demi Zat yang diri Muhammad di tangan kekuasaannya, jika sekiranya tidak ada hijrah tentu aku adalah golongan Anshar. Jika sekiranya manusia menempuh jalan suatu lembah atau tepi gunung, sedang orang-orang Anshar menempuh jalan di suatu lembah atau di tepi gunung, niscaya aku menempuh jalan di suatu lembah orang-orang Anshar atau di tepi gunung mereka.”
Mendengar itu semua kaum Anshar terdiam.
Baca juga : Kisah-kisah Di seputar Baju
Rasul melanjutkan,”Kamu sekalian itu sebagai baju dalam dan yang lain sebagai baju luar. Sesungguhnya kamu akan mendapati sesudahku kelak terasing, sabarlah kamu, sehingga kamu bertemu aku kelak di atas telaga.”
Rasulullah Saw berdoa, “Ya Allah kasihilah kaum Anshar, anak-anak Anshar dan cucu-cucu Anshar.” Kaum Anshar menangis, air matanya berlinang membasahi pipi dan janggut mereka. Betapa tidak! Karena status mereka adalah “baju dalam” pada Islam dan jaminan untuk mereka adalah surga. Itu sebuah kenikmatan yang amat istimewa, bila masuk surga bersama Rasul.
Serentak kaum Anshar berkata,” Kami rela ya Rasulullah tentang pembagian dan pemberian ini.”
Rasul berkata itu, dari hati nuraninya yang paling dalam dan dari perasaan kasih sayang beliau kepada kaum Anshar. Beliau Pun menghargai jasa-jasa mereka dengan seluas-luasnya.
mutiaramakna, “baju dalam dan baju luar”
1 Comment
View Comments