Isra Mi’raj terdiri dari dua kata yaitu Isra dan Mi’raj, Isra artinya berjalan di waktu malam, perjalanan malam menuju tangga tertinggi
“Maka berjalanlah engkau (Musa) bersama hamba-Ku di malam hari.” QS 44:23 “Berjalanlah engkau hai Luth dengan keluarga dan pengikutmu di akhir malam.” Qs 11:81
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsha.” Qs 17:1. Ayat tentang isra dan pesan-pesan isra dapat kita lihat di dalam surat al Isra.
Salah satu pesan isra dalam surat al Isra adalah shalat tahajud, sebuah shalat yang pelaksanaanya pada malam hari dan yang terbaik di akhir malam.
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan (‘asaa) Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”Qs 17:79 Kata-kata ‘asaa dalam ayat ini adalah sesuatu yang pasti.
Daftar isi
- 1 Mi’raj artinya tangga atau alat untuk naik. Jama’ dari mi’raj adalah ma’arij.(beberapa tangga tempat naik).
- 2 Kalau kita hitung, 6 kali 1000 kali 50.000 berjumlah 300.000.000. Angka 300.000.000 identik dengan 3 kali 10 pangkat 8. Sebuah rumus kecepatan cahaya.
- 3 Nabi isra mi’raj dengan jasmani dan rohaninya, dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsha lalu ke Sidratul Muntaha.
- 4 Mi’raj bermakna tangga. Wasilah (perantara) menuju Allah. Tangga menuju atas atau jenjang menuju ke tingkat yang lebih tinggi.
- 5 Lalu yang manakah tangga yang membentang antara bumi dan langit?
Mi’raj artinya tangga atau alat untuk naik. Jama’ dari mi’raj adalah ma’arij.(beberapa tangga tempat naik).
“Yang datang dari Allah yang mempunyai beberapa tangga tempat naik.” Qs 70:3 Ayat tentang mi’raj dan pesan-pesan mi’raj dapat kita lihat di dalam surat al Ma’arij.
Para malaikat dan Jibril naik (mi’raj) menghadap Tuhan, dalam sehari setara lima puluh ribu tahun (50.000). QS 70:4. Malaikat menghadap Allah memakan waktu satu hari, menurut hitungan Allah. Jika manusia biasa melakukan mi’raj, memakan waktu lima puluh ribu tahun. sehari menurut Allah adalah lima puluh ribu tahun, menurut hitungan manusia. Allah menciptakan langit dan bumi enam hari, malaikat dari langit ke bumi dan kembali lagi ke langit satu hari, yang kadarnya 1000 tahun menurut perhitungan manusia. Qs 32: 4.
Kalau kita hitung, 6 kali 1000 kali 50.000 berjumlah 300.000.000. Angka 300.000.000 identik dengan 3 kali 10 pangkat 8. Sebuah rumus kecepatan cahaya.
Jadi Allah membuat langit dan bumi serta malaikat menghadap-Nya dengan perhitungan kecepatan cahaya. Nabi Muhammaad mampu isra mi’raj dalam semalam karena bukan beliau berjalan sendiri tetapi diperjalankan.”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari.”Qs 17:1. Tidak tanggung-tanggung yang memperjalankan adalah Yang Maha Suci Allah. Bahkan kendaraan sang Nabi diberi nama kilat (buroq). Bukan kah kilat juga merupakan cahaya? Bisa saja Rasul mi’raj dengan rumus kecepatan cahaya. Karena hanya memerlukan waktu semalam sampai ke sidratul muntaha.
Pesan-pesan mi’raj dalam surat al Ma’arij adalah,”Sungguh manusia diciptakan bersifat suka mengeluh, apabila ia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah dan apabila ia mendapat kebaikan (harta) ia jadi kikir, kecuali mereka yang melaksanakan shalat yaitu yang tetap setia melaksanakan shalatnya, yang mempercayai hari pembalasan dan mereka yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan yang tidak meminta, mereka yang takut terhadap azab Tuhannya, sesungguhnya terhadap azab Tuhan mereka tidak ada seorangpun yang merasa aman, mereka yang memelihara farjinya kecuali terhadap isteri-isteri mereka dan atau hamba sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka tidak tercela, siapa yang mencari di luar itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui batas, mereka yang memelihara amanat dan janjinya, mereka yang berpegang teguh pada syahadatnya, dan mereka yang memelihara shalatnya.” Qs 70:19-34
Nabi isra mi’raj dengan jasmani dan rohaninya, dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsha lalu ke Sidratul Muntaha.
Jika meninjau dari kacamata politik maka kisah isra mi’raj adalah metode perjuangan dari kondisi tertindas hingga terlepas dari penindasan. Hal ini dapat kita petik gambarannya sebagai berikut; Nabi diperjalankan dalam kondisi malam. Malam identik dengan kegelapan (zulumat), atau kebodohan (jahiliyah). Jika kita amati dari periodesasi perjuangan, kondisi malam identik dengan kondisi Mekah (tertindas, zulumat dan jahiliyah), lalu mi’raj ke langit. Mi’raj ke langit bermakna naik ke tangga kekuasaan. Naiknya Rasul menjadi penguasa adalah dalam periodesasi Madinah yakni periode dimana Rasul bebas menjalankan kebijakan dan keilmuannya, kecintaan dan kasih sayangnya kepada manusia. Ternyata setahun setelah peristiwa isra’ mi’raj ini, Rasul hijrah dari Mekah ke Madinah dan berkuasa di kota Madinah. Selain itu, dapatlah dikatakan bahwa isra mi’raj sesuai dengan “Habis gelap terbitlah terang.”
Baca juga : Shalat dan Kesucian Hati Mendatangkan Hikmah
Abu Hurairah Ra menceritakan kepada kita bahwa suatu ketika khalifah Abu Bakar Ra duduk bersama Rasulullah Saw.Tiba-tiba ada seorang lelaki menghampiri mereka seraya berkata,”Wahai Rasulullah, semalam aku bermimpi melihat sesuatu yang aneh sekali. Aku melihat bayangan menaungi kita, kemudian dari bayangan itu berjatuhan minyak samin dan madu. Semua orang serta merta mengulurkan tangan mereka. Ada orang yang mengambil sebanyak-banyaknya ada juga orang yang mengambil hanya sedikit. Aku menyaksikan tangga yang terbentang di antara langit dan bumi.
Aku melihatmu menaikinya dan mencapai puncak. Wahai Rasulllah, lalu aku melihat gerombolan manusia mengikutimu dan naik sepertimu.” Rasulullah tersenyum, Abu Bakar Ra berkata,”Wahai Rasulullah biarkan aku yang menafsirkannya.” Rasulullah berkata tafsirkanlah wahai Abu Bakar.”Abu Bakar menafsirkannya dan berkata,”Wahai Rasulullah bayangan yang menaungi kita itu adalah Islam, sedangkan minyak samin dan madu yang berjatuhan dari langit ini adalah Al quran, karena ia mempunyai rasa manis semanis madu dan minyak samin (Perhatikanlah bagaimanan Abu Bakar mencintai Al-quran) Sedangkan orang-orang yang mengulurkan tangannya lalu ada yang mengambil sebanyak-banyaknya dan ada juga yang mengambil sedikit saja menggambarkan orang-orang yang berinteraksi dengan Al quran. (Romantika Yusuf, Amru Kholid, Maghfirah Pustaka)
Lalu yang manakah tangga yang membentang antara bumi dan langit?
Pengaplikasian perintah Allah tentang shalat oleh Rasul dan beliau memberi contoh dari jumlah rakaat dan tata caranya. Kita tidak bisa melaksanakan shalat jika tidak mencontoh gerakan Rasul. Contoh beliau itulah sunnah Rasul. Dan sunnah Rasul itulah tangga yang menghantarkan kita naik ke langit.
Isra Mi’raj untuk Menghilangkan Duka.
Nabi Muhammad Saw pernah berdukacita, tetapi tidak pernah berputus asa. Penyebab kedukaan beliau yaitu karena beliau dan pengikutnya mengalami, melihat dan mendengar pembantaian, pembunuhan dan teror, blokade ekonomi dan sosial terhadap umatnya. Selain itu, wafatnya pendukung dan tulang punggung ekonomi perjuangan yakni isteri tercinta, Sayyidah Siti Khodijah Ra dan paman terkasih Abu Tholib pengasuh, pelindung dan pengganti almarhum ayah beliau sejak kecil, sejak usia beliau delapan tahun.
Demi menenteramkan dan menenangkan hati beliau, Pada saat tahun duka cita (am huzni) ini Allah menurunkan surat Yusuf. Surat Yusuf ini menceritakan bagaimana penderitaan Nabi Yusuf as, selama 28 tahun berpisah dengan keluarga, agar mental Rasul kuat dan teguh.
Mutiara Makna
2 Comments
View Comments