Isra Mi’raj Untuk Menghilangkan Duka.

Isra Mi’raj untuk meringankan dan menenangkan hati Rasulullah, di tahun berkabung (am huzni) ini, Allah menurunkan surat Yusuf.
Isra Mi’raj untuk meringankan dan menenangkan hati Rasulullah, di tahun berkabung (am huzni) ini, Allah menurunkan surat Yusuf.

Isra Mi’raj untuk meringankan dan menenangkan hati Rasulullah, di tahun berkabung (am huzni) ini, Allah menurunkan surat Yusuf. Isi surat Yusuf ini menceritakan bagaimana Nabi Yusuf as telah menderita selama 28 tahun, terpisah dari keluarganya, sehingga jiwa Nabi kuat dan tak tergoyahkan. 

Berawal dari pembunuhan yang gagal oleh saudara-saudaranya dengan cara membuangnya ke sumur, tiga hari kemudian terlihat oleh pedagang yang tersesat ke dalam hutan. Yusuf As gembira sekali karena ada yang menolongnya. Namun, kegembiraan itu hanya sebentar saja karena beliau di bawa ke negeri Mesir untuk diperjual belikan.

Sang putra Nabi Ya’qub yang baru berusia dua belas tahun ini, dibeli oleh menteri keuangan Mesir dan diangkat menjadi anak angkat serta ia diajar ilmu ekonomi dan neraca keuangan, oleh ayah angkatnya itu. Tetapi sayang kebahagian itupun tak berlangsung lama karena pada saat usianya menginjak dewasa, sang pemuda terhormat ini mandapat tuduhan ingin mengganggu isteri sang menteri.

Menteri mengetahui keburukan isterinya, tetapi demi menyelamatkan martabatnya, maka sang menteri memenjarakan Nabi selama tujuh tahun, sampai kebenaran terungkap oleh mahkamah kerajaan. Betapa kehidupan yang Nabi Yusuf jalani penuh pahit getir, kadang bahagia, kadang sengsara. Padahal ia keturunan orang-orang mulia. Nabi Yusuf As bin Nabi bin Nabi dan bin Nabi, Bin Yaqub As bin Ishaq As bin Ibrahim As. Kisah ini berakhir dengan happy ending.

Beliau menjadi menteri keuangan, sampai akhirnya ia menemukan kebahagiaan sejati yaitu mampu menjalankan da’wah dan berkumpul dengan keluarganya kembali.

Selain menurunkan kisah ini, Allah meng – isra mi’raj – kan Nabi ke langit, dan kembali lagi ke bumi sambil membawa buah tangan untuk kita semua yakni perintah shalat lima waktu. Shalat ini yang kita ketahui sebagai solusi jitu menghadapi hiruk pikuknya kehidupan, sedih dan gembiranya hati.

Adakah cara sampai ke langit jika tidak mi’raj. Bagaimana akan ke surga bila jalan ke surga itu tidak ditempuh?

Bagaimana akan masuk surga bila shalat tidak dikerjakan? Shalat membebaskan manusia dari ruang dan waktu.

Shalat: Ritus Kesalehan Spiritual yang Melahirkan Kesalehan Sosial Produk Isra Mi’raj

Babilonia (Iraq) adalah satu diantara masyarakat tertua di dunia. Pada 4000 SM mereka percaya pada astrologi (falaq). Mereka menganggap tuhan pada benda-benda angkasa yaitu bulan, bintang /planet dan matahari (benda-benda inipun telah dianggap tuhan oleh Nabi Ibrahim as di awal pencariannya tentang tuhan). Semuanya diyakini memberi petunjuk pada jalan hidupnya.

Di sudut bumi yang lain yakni bangsa Israel melahirkan ritus tuhan pada patung anak sapi Qs 2:51. Penyembahan pada patung anak sapi memunculkan pola hidup semodel anak sapi. Bagaimanakah anak sapi ketika menyusu pada induknya? Anak-anak sapi itu saling injak, sikut, jegal dan tanduk, tidak  toleran dan damai.

Semua kisah di atas memperlihatkan tentang bentuk tuhan yang terdiri dari materi yang melahirkan paham materialisme dengan turunannya komunisme, liberalisme, sosialisme dan isme-isme lainnya. Paham kebendaan ini telah merasuk ke dalam hati dan jiwa manusia, termasuk hati dan jiwa bangsa Indonesia. Sehingga walaupun perangkat hukum telah sempurna tetapi bangsa ini masih harus terus membenahi moralnya. Pelanggaran hukum dan moral, justeru berlangsung pada saat kita sudah memiliki aturan hukum dan perangkat kenegaraan yang sudah memadai.

Baca juga : Isra’ Mi’raj ul Mu’minin: Shalat

Lalu, bagaimanakah jalan keluarnya dari masalah ini?

Perbaikan paradigma kurikulum pendidikan dari sudut pandang nilai-nilai moral, yang sedang mengalami krisis berkepanjangan, merupakan problem yang sangat mendesak sekarang, harus terlaksana. Ini menunjukan gejala bahwa hati nurani manusia hampir buta dan hukum positif tidak ditegakkan. “Bila hatinya baik maka baiklah amalnya dan bila hatinya buruk, buruklah amalnya” sabda Nabi. “Allah membimbing antara manusia dan hatinya” Qs 8:24. Peningkatan kontektualisasi pendidikan nilai-nilai moral semestinya terus berjalan dalam dunia pendidikan formal di Indonesia, sebab ini akan menentukan tipe hati manusia. Apakah produk hasil dunia pendidikan kita: ilmuwan belaka? Atu ilmuwan yang tak mampu membedakan apa yang boleh dan tidak boleh? Karena itu pendidikan moral dari mulai awal sampai dengan nanti tidak boleh berhenti.

Tradisi Cina memuat ajaran-ajaran kebijakan yang luhur yang menjadi bahan pelajaran dalam dunia pendidikan sampai tingkat sarjana. Ajaran dari Lao Tze, Kong Fu Tze dan

Meng Tze itu muncul sebagai reaksi terhadap pemerintahan yang korup dan akhlak masyarakat yang merosot.

Selain itu, di Indonesia para wali songo mengenalkan Islam sebagai ajaran moral lewat pendidikan dan pengajaran. Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim misalnya, menempuh cara ini. Ia adalah perintis pesantren di Indonesia.

“Dalam kontek inilah, jelas terlihat pentingnya memberikan dan memperkenalkan strategi penumbuhkembangan nilai pada anak didik, untuk mempersiapkan mereka, agar mampu membuat pilahan dan pilihan sehingga menghasilkan nilai-nilai moral yang terbaik bagi mereka.” Drs Tedi Prtiatna, M.Ag. Etika Pendidikan, Panduan Bagi Guru Profesional, Pustaka Setia, Bandung

Berkaitan dengan pendidikan moral ini Allah Swt berfirman,”Katakanlah,”Aku berlindung kepada Rabb (Pencipta, Pengatur, Pendidik dan Pembuat Undang-undang) yang menguasai alfalaq. Dari kejahatan makhluq-Nya, kejahatan malam apabila telah gelap gulita, tukang sihir yang menarik pada buhulnya dan agitasi orang-orang yang dengki”. Qs 113:1-5

Kita memohon kepada Rabb (Pencipta, Pengatur, Pendidik dan Pembuat Undang-Undang) dari kejahatan makhluk yang tak bermoral, dari kejahatan kondisi malam yaitu kondisi gelap (zulumat, jahiliyah, kekufuran), dari kejahatan tukang sihir yang menarik pada buhulnya (buhulnya ialah paham-paham yang kemasannya slogan yang menarik hati manusia yaitu emansipasi dan kebebasan) dan hasutan (agitasi) orang-orang yang hasad kepada Islam.”

Berdasarkan surat 113 tersebut, kita harus membiasakan diri dengan pengaturan dan pendidikan Tuhan, sehingga moral ini menginternalize (mendarah daging) pada diri kita.

Satu teknik pembiasaan diri adalah shalat yang merupakan produk dari Isra Mi’raj. Rasulullah mengajarkan kepada kita agar mengajarkan shalat kepada anak sejak usia tujuh tahun. Hadits ini mengisyaratkan bahwa shalatlah yang paling utama untuk memperbaiki kerusakan hati. Shalat itu washilah (perantara) yang bekerja langsung di hati manusia. Hati ini harus terbiasa sejak kecil dan harus berangkat dari institusi rumah.

Keluarga merupakan poros terhakiki dalam hidup sosial. Jika keluarga tidak membekali anak- anaknya dengan shalat, bukan mustahil akan mengalami kehancuran.

Melasanakan shalat dengan betul-betul sadar akan menunjukan efektivitasnya. Hanya saja mungkin pelaksanaannya sekadar pemenuhan kewajiban. Padahal shalat harus memenuhi syarat dan rukun agar sah.

Tapi jangan hanya ingin jadi saja, semestinya harapan ingin diterima pun menyertai. Sebab setiap yang jadi belum tentu diterima. Agar shalatnya jadi, penuhi syarat dan rukunnya. Serta menghadirkan hati dalam menunaikannya.

Menghadirkan hati dalam shalat .

“Sungguh pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi yang mempunyai hati.”Qs50:37

Kepada siapakah gerangan kita akan berdiri?” Kita shalat adalah menghadap Allah.

“Semua wajah tertunduk di hadapan Allah Yang Hidup dan Yang Berdiri Sendiri.” Qs 20:111 “Pada hari itu harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”Qs 26:88, 89

 

Mutiara Makna