Antara Gamis Yusuf As dan Ya’qub As.
Mutiaramakna. Nabi Yaqub As mengalami kebutaan atas hilangnya Yusuf As, setelah menerima pakaian Nabi Yusuf As akhirnya Nabi Yaqub sembuh dari kebutaan.
Yusuf As yang tampan ini sudah lama dianggap meninggal oleh keluarganya. Sahdan, saudara-saudaranya bertemu beliau dalam keadaan masih hidup, bahkan sudah menjadi pembesar di negeri Mesir.
Nabi Yusuf menyerahkan gamisnya, kepada saudara-saudaranya untuk disampaikan kepada Nabi Ya’qub ayahnya, sebagai bukti beliau masih hidup. Menerima gamis Nabi Yusuf As maka Nabi Ya’qub As sembuh dari kebutaan. Qs 12:93
Pakaian Nabi Yususf As
“Pergilah kamu dengan membawa baju gamisku ini, lalu letakkanlah Dia ke wajah ayahku, nanti ia akan melihat kembali dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku” Qs 12:93.
Cerita tentang pakaian yang bisa menyembuhkan kebutaan ini dialami juga pada masa Rasulullah. Nabi menyerahkan satu-satunya baju yang dimiliki untuk dilelang, demi membantu seorang pengemis yang kelaparan.
Mengetahui niat dan maksud Nabi Muhammad, dengan harga mahal seorang Yahudi buta membelinya. Ternyata, kemeja tersebut dapat menyembuhkan kebutaan orang Yahudi ini. Akhirnya Sang Yahudi, dengan kesadaran sendiri, memeluk Islam.
Cerita ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa menyelesaikan suatu masalah harus dilihat dari akar masalahnya. Yaqub As buta karena terlalu lama menanggung kerinduan pada Yusuf As, inilah akar masalahnya, “Rindu pada Yusuf putranya”. Setelah ia yakin bahwa Yusuf masih hidup dan akan bertemu dengannya maka kebutaannya pun hilang
Berpakaian Tetapi Telanjang.
“Pada akhir ummatku nanti ada beberapa orang laki-laki yang menaiki pelana, mereka singgah di beberapa pintu masjid, yang wanita-wanita mereka berpakaian tetapi seperti telanjang, di atas kepala mereka terdapat sesuatu seperti punuk unta yang miring. Laknat mereka karena mereka semua terlaknat.” (HR Ibnu Hibban)
“Yang dimaksud “berpakaian tetapi telanjang” yaitu: memakai pakaian yang pendek (mini) yang tidak menutup aurat yang seharusnya ditutup. Atau memakai pakaian tipis (transparan) yang memperlihatkan warna kulitnya. Atau memakai pakaian yang ketat yang tidak memperlihatkan warna kulit namun menonjolkan lekuk tubuhnya. Jadi wanita tidak boleh menonjolkan pakaian yang ketat semacam itu kecuali di hadapan orang yang boleh melihat auratnya, yaitu suaminya.” (Fuad Abdul Aziz Asy Syalhub dan Harits bin Zaidan Al-Muza’id, Panduan Etika Muslim Sehari-hari, Pustaka elBA, 2011, h 497),
Baca juga : Hukuman Dan Hadiah Atas Tindakan Manusia
Sorban dan Peci,
Sabda Rasulullah, “Bersorbanlah kamu, bertambah hilm-mu (tidak lekas marah).” (Kasyful Gummah, halaman 128 juz I).
Sabda Rasulullah Saw, “Sorban-sorban itu mahkota bangsa Arab yang diberikan nur (cahaya) pada setiap lilitan yang dililitkan kepala atau kopiah seorang hamba.” (Kasyful Gummah, halaman 128 juz I).
Oleh karena itu, pernah salah satu gubernur DKI Jakarta, Wiyogo Atmodarminto, mewajibkan para supir untuk memakai peci, agar mereka lebih tawadu dan kalem dalam mengendalikan kendaraannya.
Bukti kerendahan hati dan ketawadhuan ini telah ditunjukkan oleh Imam Malik b Anas, saat mengupas isi hadits. Penghormatan Imam Malik b Anas sangat besar terhadap sabda Rasulullah Saw.
Jika beliau bermaksud menyampaikan hadits., ia berwudlu, memakai pakaian dan surban baru. Selama berlangsungnya kuliah, wewangian menyebar dari dupa yang terus menerus dibakar.
Mutiara Makna, Kisah Pakaian
1 Comment
View Comments