Kisah Pakaian Bersejarah Dalam Masa Dakwah

pakaian bersejarah

Asma binti Yazid yang menjadi  juru bicara wanita berkata kepada Rasulullah,” Sesungguhnya Allah Swt telah mengutus mu kepada kaum pria dan wanita. Kami telah beriman kepadamu dan Tuhan. Kami kaum wanita kurang gerak langkahnya, selalu di rumah untukmu kaum pria.

Menyiapkan Pakaian Perang 

Melayanimu dan sebagai tempat mengandung anak-anakmu. Sedangkan kaum pria melebihi kami dalam sepak terjang dan kiprahnya. Menziarahi orang sakit, mengantar jenazah, menunaikan ibadah haji dan sebagainya. Dan yang lebih utama ialah Anda berjihad di jalan Allah Swt. Jika Anda  semua pergi haji dan jihad, kami yang menjaga harta bendamu, kami yang menyiapkan pakaianmu dan kami yang merawat anak-anakmu.

Tidakkah kami mendapat pahala yang sama seperti Anda.” Rasul menjawab,” Ketahuilah dan beritahukan kepada rekan-rekanmu bahwa perawatan wanita kepada suami tersebut, memperoleh pahala yang sama dengan apa yang didapat kaum pria, yang beramal seperti yang engkau sebutkan tadi.” Rasul di lain waktu bersabda,”Siapa yang mempersiapkan persiapan-persiapan perang maka dia telah berperang.”

  Menurut ahli fikih, dalam situasi dan kondisi yang dipandang perlu, kaum wanita juga berkewajiban ikut perang dan mempelajari ilmu perang. Artinya, jika kondisi mendesak wanita wajib ikut bertempur melawan musuh dan mengamankan panglima.

  Keterlibatan wanita dalam perang antara lain  menyediakan logistik seperti air minum, makanan, menjahit pakaian prajurit yang rusak dan menjaga harta para prajurit, serta merawat dan mengobati prajurit yang luka, juga mengurus jenazah prajurit yang sahid. Sampai menggunakan senjata untuk membunuh musuh.

Baca juga : “Baju Dalam dan Baju Luar” pada Manajemen Konflik.

Rasul Melepaskan Kemeja.

Di penghujung hidupnya Rasul yang penuh toleransi ini bertanya, “Adakah aku memiliki utang kepada kaum muslimin?”

“Engkau mempunyai hutang padaku ya Rasul yang harus Anda lunasi,”Kata Ukasyah sang pemuda

“Katakan utang itu ya Ukasyah!” Jawab rasul seraya mencegah Umar Ra yang telah mencabut pedangnya.

Ukasyah berkata,”Engkau telah memukulku!”

Umar Ra berteriak,”Diam kau pendusta”

Kemudian Rasul memanggil Ukasyah,””Pukullah aku kembali!

Ukasyah berkata “Saat itu, Anda menggunakan tongkat.”

Rasul memberikan tongkat dan menyuruh Ukasyah memukulnya.

“Tapi waktu itu aku tidak mengenakan pakaian maka Anda pun harus melepaskan pakaian!”

Rasul Pun melepaskan pakaiannya. Tampak badannya yang putih dan bersih. Setelah Rasul bertelanjang dada lalu  apa yang terjadi?

Ukasyah segera memeluk Rasulullah dengan sepenuh jiwa, seraya berkata,

”Maafkan aku ya Rasul. Mana mungkin engkau melakukan itu padaku, aku hanya ingin memelukmu!” 

Semua kaum muslimin yang menyaksikan drama itu, berlinang dan bercucuran air mata.