A. Shalat dan Rukun Islam
Cinta sesama (filantropi) mewarnai seluruh ajaran dan rukun Islam. Shalat dan seluruh aspeknya tidak sah bahkan celaka, jika tidak melaksanakan substansinya yaitu menolong sesama. Puasa merupakan sebuah ritual agar pelakunya memiliki empati dan simpati pada penderitaan manusia yang hari-harinya selalu kelaparan.
Zakat diberlakukan agar kekayaan tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja dan terakhir, haji kurang bermakna bila masyarakat di sekitarnya masih serba kesusahan dan kekurangan.
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Sedangkan puasa, zakat dan haji urutan rukun Islam berikutnya.
Al quran surat al Hajj ayat 22 menerangkan bahwa setelah manusia bersyahadat, langkah selanjutnya adalah shalat dan zakat. Selain tiga hal di atas yang termasuk rukun Islam adalah puasa dan haji. Itulah jawaban Rasul ketika ditanya oleh malaikat tentang Islam.
Ternyata shalat mengandung dan mencakup seluruh unsur rukun Islam.
Shalat merupakan bentuk realisasi syahadah kita kepada Allah., “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” Qs 20:14.
Ayat 20:14 di atas menjelaskan bahwa setelah Ia memperkenalkan dirinya dan nama- Nya lalu Allah memastikan dan mengajarkan syahadat kepada manusia bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Setelah itu, Allah memerintahkan manusia untuk mendirikan shalat.
Shalat juga mengandung ritual puasa. Ketika shalat, kita tidak diperkenankan makan, minum, berucap di luar konteks shalat, dan bersentuhan dengan nisa. Bukankah itu semua seperti ritual puasa. Dalam shalat pula kita membaca Al quran dan doa, takbir, tahmid, tasbih,
zikir dan tahlil. Semuanya sebagai syifa’ (obat} bagi jiwa dan raga. Puasa untuk kesehatan, maka shalat juga untuk kesehatan.
Shalat juga, memiliki unsur shodaqoh (pembenaran) atau zakat (pembersihan). Shodaqoh bemakna membenarkan sesuatu dan zakat memiliki arti membersihkan sesuatu. Dengan shalat kita telah membenarkan syahadat dan melakukan tazkiyatun nafs wal jasada (penyucian jiwa dan jasad).
Selanjutnya, shalat mengandung nilai haji. Haji berma’na ziarah (berkunjung), Shalatpun berarti kita ziarah kepada Allah, shilaturrahim kepada Allah. Berada dalam ruang dan waktu bersama Allah.Tidak ada lagi apapun dan siapapun selain Allah di hadapan kita.
Tetapi puasa, zakat dan haji berbeda dengan shalat. Ketika puasa kita masih bisa berjalan-jalan dan bercakap-cakap atau berjual beli. Jika itu dilakukan dalam shalat, akan membatalkan shalatnya. Ketika berzakat kita masih bisa membuka komputer dan menghitung arus pengeluaran dan pemasukan keuangan, ketika shalat kita tidak dapat melakukan itu. Ketika berhaji kita masih bisa tawar menawar dalam berbisnis dan bargaining dalam berpolitik, tapi saat shalat kita tidak bisa melakukan itu.
B. Shalat dan Al Fatihah
Tidak sah shalat bila tidak membaca al Fatihah. Sabda Rasul.
Allah mengawali surat ini dengan basmalah dan hamdalah. “Setiap urusan penting yang tidak diawali basmalah maka terputus.” Hr Abu Hurairah. Selanjutnya, kita menyampaikan rasa syukur dengan mengucapkan hamdalah. Maka mengagungkan nama-Nya Qs 1:1 dan bersyukur pada setiap titik tolak dalam melangkah, serta menuntaskan sesuatu dengan berhamdalah Qs 1:2 merupakan satu diantara tiga struktur kerangka bangunan. Kerangka bangunan ini terdiri dari rabb Qs 1:2, malik Qs 1:4 dan al Ma’bud Qs 1:5. Kemudian wujudlah sebuah bentuk bangunan. Bentuk bangunan itu sendiri bernama hidayah (Al quran) Qs 1:6.
Ibnu Qoyyim berkata,”Allah telah menurunkan seratus empat kitab samawi dan meringkasnya dalam tiga kitab yaitu Taurat, Injil dan Al quran kemudian mengumpulkan ketiga kitab tersebut dalam satu kitab yaitu Al quran, kemudian meringkasnya lagi dalam satu surat yaitu al Fatihah, kemudian meingkasnya lagi dalam satu ayat “Hanya kepada Engkau lah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan.” (Romantika Yusuf, Amru Kholid, Maghfirah Pustaka, hal 179.)
“Hanya pada Mu kami mengabdi” niat hanya pada-Mu. Jika tidak hanya pada Mu maka akan hilang ikhlas, kemudian muncul pamrih.
“Hanya pada Mu kami mohon pertolongan” Mengeluh hanya kepada Allah, tidak kepada manusia.
Kalimat “Hanya pada Mu kami mengabdi dan hanya pada Mu kami mohon pertolongan” Lebih berkomunikasi, ingin menyatu, lebur dan hangus dalam nuansa ilahi.
Hal ini merupakan kritik terhadap sistim peribadatan zaman jahiliyah, yang banyak beribadah dan meminta pertolongan pada yang lain. Statemen ini, adagium pernyataan lepas dari kemusyrikan
Albert Einstein menyatakan apa yang terjadi semua, diwujudkan oleh suatu kekuatan yang super reasoning power Maha Dahsyat lagi Maha Mengetahui. Allah pelaku sebenarnya dari segala sesuatu di dunia. Maka minta tolonglah pada Super reasoning power tersebut.
Ayat ini merupakan doa Nabi ketika mau berperang “Ya malikiyaumiddin iyyaka na’budu wa iyyaka nastain.”
Baca juga: SUJUD HANYA UNTUK DAN KEPADA ALLAH
C. Aspek Alquran
Shalat dan Al quran ternyata dua kata yang juga sering digandengkan. Allah menyebut para ahli shalat dengan ahli Al quran
“Sesungguhnya Allah itu witir. Ia suka shalat witir, oleh sebab itu witrlah hai ahli Al quran” Hr Abu Daud. Ini perintah shalat witir.
Shalat juga disebut quran. Dalam Al quran shalat yang dilaksanakan pada saat fajar (subuh) disebut quran al fajar.
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya quran al fajar (shalat subuh) itu disaksikan (oleh malaikat). Qs 17:78
Ayat ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima. tergelincir matahari untuk waktu shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.
Al quran merupakan petunjuk Allah. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk kecuali Allah, walaupun Nabi sendiri. Qs 28:56 Nabi hanya penyampai. Qs 2;272 Karena itu dalam shalat selama 17 kali sehari semalam kita meminta,”Tunjukilah kami jalan yang lurus!”QS 1:5. Setelah mendapat petunjuk apa yang harus kita perbuat? Pegang teguh kitab itu, dan teruskan meminta petunjuk agar senantiasa bisa memahami isinya. Petunjuk itu sendiri sudah diumumkan oleh Allah di dalam Qs 2:1-6
“Alif lam mim, Inilah Al quran kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk bagi orang yang bertaqwa, yakni yang beriman pada yang ghaib (mengimani yang immaterial, supra natural.) -Tidak seperti orang-orang atheis yang hanya percaya pada yang materiil (alam syahadah),- mendirikan shalat dan menginfakan sebagian rezeki, serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan beriman kepada apa yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad, serta meyakini hari akhir, merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk dan menang.” Qs 2:1-6
Allah menyebut mereka yang berpegang teguh kepada Al quran dan melaksanakan salat sebagai orang yag salih.
”Dan orang-orang yang berpegang teguh pada kitab serta melaksanakan shalat, sungguh kami tidak akan menghilangkan pahala orang yang shalih.” QS 7:170
Mutiara Makna
1 Comment
View Comments