Siapa yang mengharamkan perhiasan, berpakaian bagus, memiliki gedung-gedung tinggi, berkendaraan yang baik?
Bahkan rumah yang luas, kendaraan yang cepat, lampu yang terang dan isteri yang baik merupakan kebahagiaan yang harus kita raih.
Perhiasan Dunia, Sesuatu Yang Indah Dipandang
Tetapi ingat berpenampilan sederhana wajib didahulukan. Dari Umamah ‘Iyas bin Tsa’labah Al-Anshary Al Harits Ra, dia berkata,”Pada suatu hari para sahabat Rasulullah menyebut tentang dunia di sisi beliau. Beliau bersabda,”Tidakkah kamu mendengar? Sesungguhnya berpenampilan sederhana itu bagian dari iman?” maksudnya adalah Al Tafahhula yaitu meninggalkan kemewahan.”HR Ahmad.
Berbangga dan berlebihan dalam berpakaian tidak diperkenankan, jadikan fungsi pakaian sebagai selimut yang menutupi aurat. Jadikan selimut tersebut sebagai Al Muddatstsir (selimut) dan al Muzammil (selimut).
Di awal perjuangan, Rasul menerima dua buah nama surat dalam Al quran yang keduanya bermakna selimut. Selimut yang pertama al Muddatstsir dan selimut yang kedua al Muzammil. Apa perbedaan kedua selimut tersebut?
Al Muddatstsir adalah titel bagi Nabi yang masih menyelimuti ilmu dan konsep hidupnya, belum disiarkan. Maka beliau dipanggil oleh Allah
“Wahai al Muddatstsir!” Qs 74:1.
“Bangun dan berikan peringatan!” Qs 74:2,
Beliau bangun, bangkit dan bergerak memberikan peringatan
Pada awalnya bergerak bersifat rahasia maka Allah memberikan titel lagi padanya dengan al Muzammil yaitu orang yang bergerak dengan sir (diam-diam). Selama tiga tahun beliau menyandang predikat ini. Setelah itu dakwah dilakukan secara terang-terangan.
Jadikan pakaian sebagai selimut, sesuatu yang harus menutupi apa yang mesti ditutupi atau dirahasiakan.
Bila kita terlanjur dan pernah membuka aurat, mari kita bertaubat dengan keadaran diri sendiri. Tutupi yang memang mesti ditutupi. Tetapi jangan menutupi kesalahan yang telah diperbuat. Kejahatan yang dilakukan dengan diam-diam tidak akan berlangsung lama.
Jika kita bersalah tetapi malu mengungkapkan yang sebenarnya, lambat laun pasti terungkap juga. Pakaian gamis Nabi Yusuf As membuktikan hal itu.
Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam episode Nabi Yusuf As dan Siti Zulaiha.
Siti Zulaiha telah dipermalukan oleh Allah karena ia kedapatan oleh suaminya ketika mengganggu Yusuf As.
“Dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu.” Qs 12:25
Demi menyelamatkan dirinya dari malu, Siti Zulaiha melontarkan fitnah. Fitnah tersebut laksana jarum yang berbisa.
“Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap isterimu?”Qs 12:25
Proses pembuktian dilancarkan oleh saksi untuk mencari apa yang terjadi sebenarnya?
”Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar.” Qs 12:26
Terbukti Yusuf As benar dan al Aziz kini telah paham bahwa isterinya salah
“Maka ketika dia (al Azis) melihat baju gamis Yusuf koyak di bagian belakang.”Qs 12:28
Al Azis menyatakan bahwa rekayasa Zulaiha amat lemah.
“Sesungguhnya ini adalah tipudayamu, tipudayamu benar-benar hebat.”Qs 12:28 Sebuah bahasa sinisme, untuk menyatakan tipudaya Zulaiha lemah, ia mengatakan sebaliknya, tipudayamu benar-benar hebat.
Penyelesaian aneh terjadi. Walau sang menteri mengetahui isterinya telah menodai kesucian rumahtangganya, tetapi demi menjaga status maka peristiwa itu dianggap angin lalu. Lalu menteri al Azis berkata:.
” Wahai Yusuf lupakanlah ini!”Qs 12:29,
Ini dinamakan dayyuts (tidak peduli pada kelakuan isteri yang tidak setia).
“Ada tiga golongan yang pada hari kiamat akan ditimpa azab yaitu: durhaka kepada orangtua, perempuan yang bergaya seperti lelaki, dan dayyuts.(HR Ahmad)
Baca juga : Pakaian Yang Indah Itu Disebut Juga Pakaian Taqwa
Allah Swt mengharamkan surga kepada tiga orang, yaitu: pecandu minuman keras, pedurhaka kepada orangtuanya dan dayuts (HR Ahmad dan Al Hakim)
Selanjutnya, Supaya dianggap tidak terjadi peristiwa apapun di rumah al Azis maka Yusuf As tetap diminta tinggal di rumahnya. Ujian terhadapnya terus berlangsung. Isteri dan putri bangsawan menggoda Yusuf as.
“Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya mereka terpesona.”Qs 12:31
Yusuf As berdoa agar masuk penjara, daripada tinggal di rumah sang menteri yang penuh godaan dan rayuan.
“Wahai Rabbku penjara lebih aku sukai.”Qs 12::33.
Doa dikabulkan, sang Nabi As pun dipenjara
“Tuhan memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Maha mendengar Maha Mengetahui.”Qs 12:34
Qs 12:35
Singkat cerita, beliau bebas penjara, pengakuan jujur Zulaiha di depan raja yang menyebabkan nama baik Yusuf direhabilitasi.
“Dia (raja) berkata kepada perempuan-perempuan itu. “Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukan dirinya?” “Maha Sempurna Allah, kami tidak mengetahui sesuatu keburukan darinya” Qs 12:51.
Isteri al Aziz berkata,“Sekarang jelaslah kebenaran itu. Akulah yang menggoda dan merayunya.”Qs 12:51.
Kesimpulan yang dapat kita petik dari kisah ini ialah sesuatu yang tersembunyi pasti tersingkap.
Saat terbuka itulah malu akan meliputinya. Pepatah menyatakan,”Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga.” Saudara-saudara Yusuf As yang telah memasukannya ke sumur, dua puluh tahun kemudian, terbongkar kejahatannya. Betapa malunya mereka.
Siti Zulaiha yang telah menggoda, memfitnah dan menyebabkan Yusuf As dipenjara, beberapa tahun kemudian tersingkap kejahatan dan kebohongannya. Juga, betapa malunya ia.
Pakaian dusta.yang dilakukan Zulaiha dan suaminya tidak boleh dijadikan contoh.
“Seorang wanita bertanya kepada Rasulullah saw,”Sesungguhnya saya mempunyai isteri madu, kemudian, saya banyak menceritakan sesuatu yang tidak diperbuat suamiku tehadapku agar isteri maduku merasa sakit hatinya. Apakah saya berdosa kepadanya?” Rasulullah Saw bersabda,”Orang yang pura-pura kenyang dengan sesuatu yang tidak diberikan, seperti orang yang memakai dua pakaian dusta.” Pakaian dusta yang pertama: pura-pura kenyang. Artinya pura-pura berbahagia atas perhatian suami. Pakaian dusta yang kedua: tidak diberikan tetapi mengaku diberikan.
Berbuat pura-pura atau melakukan pernyataan yang tidak sesuai kenyataan alih-alih merupakan pakaian yang indah tetapi bagaikan mengenakan dua pakaian dusta.
Beliau bersabda,”Sesiapa yang pura-pura makan sesuatu yang tidak ia makan atau mengatakan,”Saya punya padahal tidak punya atau saya diberi padahal tidak diberi, dia seperti orang yang memakai dua pakaian dusta pada hari kiamat.”
Sindiran yang menghasilkan dugaan yang salah, tidak diperkenankan.
Abdullah b Utbah berkata,”Saya bersama ayahku menghadap Umar b Abd Aziz Ra. Lalu saya keluar dengan memakai suatu pakaian. Lalu ada orang bertanya,”Apakah pakaian ini dianugerahkan kepadamu oleh Amir al Mukminin?”
Saya menjawab,”Mudah-mudahan Allah membalas Amir al Mukminin dengan kebaikan.” Ayahku berkata,”Takutlah kepada dusta dan apa yang menyerupainya!”
Ayahnya melarang melakukan sindiran seperti ini, karena di dalamnya ia menetapkan harapan atas dugaan dusta dengan tujuan membanggakan diri. Dan ini merupakan tujuan yang bathil dan tidak ada gunanya. (Imam Al Ghazali, Bahaya Lisan dan Cara Mengatasinya, Tiga Dua, Surabaya, 1995, hal 129).
1 Comment
View Comments