KAUM WANITA DALAM PRINSIP KEMERDEKAAN ISLAM

Sebuah revolusi konsep tentang kaum wanita yang sangat radikal telah ditunjukan oleh Islam dan sesuatu yang sangat tabu pada masa jahiliyah
Sebuah revolusi konsep tentang kaum wanita yang sangat radikal telah ditunjukan oleh Islam dan sesuatu yang sangat tabu pada masa jahiliyah
  • Sebuah revolusi konsep tentang kaum wanita yang sangat radikal yang telah ditunjukan oleh Islam dan sesuatu yang sangat tabu pada masa jahiliyah serta dalam ajaran agama yang lain sampai saat ini, yaitu bahwa wanita dapat menuntut thalak dari suaminya. Itulah prinsip kemerdekaan Islam terhadap kaum wanita.

Allah menyatakan memang ada perbedaan antara kaum wanita dan pria, baik dari jenis/struktur tubuh, intuisi, emosi, kecenderungan, adaptasi, karakter dan tugas keibuan seperti mengandung, melahirkan, serta menyusui.

Begitulah, Allah jadikan pria dan wanita berbeda untuk saling menutupi kekurangan, dalam hal-hal yang disebutkan di atas, tidaklah sama antara laki-laki dan perempuan

“Tidaklah pria itu seperti wanita.” Qs Ali Imran:36

“Dan janganlah kamu irihati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. Bagi laki-laki ada bagian dari apa yang ia usahakan dan bagi perempuan juga ada bagian dari apa yang ia usahakan.” Qs Al Nisa:32.

  • Kita juga menyadari bahwa ada persamaan wanita-pria dalam status hukum

Kita bisa mencuplik drama satu babak, dialog antara Ja’far bin Abi Tholib dengan raja Negus seorang raja Habsyi, tentang wanita.

Jafar berkata kepada raja Negus,” Muhammad mengajarkan kepada kami untuk melindungi wanita dari kesemena-menaan, dia mengajak kami untuk menghormati rahim yang telah

melahirkan kita. Dia mengatakan Rabb yang Maha Esa telah menciptakan wanita sebagai pendamping yang baik bagi laki-laki. Meskipun wanita banyak berbeda dari laki-laki, tetapi haikatnya ia sama.

Apa yang disampaikan Ja’far B Abi Tholib ini, itulah gambaran ajaran Islam. Wanita berdiri berdampingan dengan pria dalam posisi yang sama.

  • Selain itu, dalam bidang hukum, kaum wanita muslimah telah menikmati sejak 1400 tahun yang lalu, kedudukan hukum yang tidak dinikmati oleh saudari-saudari mereka dari Eropa, kecuali dengan perjuangan susah payah pada abad 20.

“Perbedaan antara harta milik suami dan istri, yang dianggap sebagai prestasi baru di Eropa, ternyata dalam Islam telah mencerminkan kedudukan hukum dalam keluarga muslim sejak 1400 tahun yang lalu juga.

  • Kitabullah menyatakan sistem dasar sosio hukum yang sepenuhnya sama antara pria dan wanita. Dari permulaan ayat sampai terakhir kandungan ayat ini mengambarkan kesamaan hukum laki-laki dan pria. Ayat Allah melukiskan ini dengan sangat jelas yaitu:

”Sesungguhnya laki-laki muslim dan perempuan-perempuan muslimah, laki-laki mu’min dan perempuan-perempuan yang mu’minah, laki-laki yang sabar dan perempuan-perempuan yang sabar, Laki-laki yang khusyu dan perempuan-perempuan yang khusyu, laki-laki yang bersedakah dan perempuan-perempuan yang bersedekah, laki-laki yang berpuasa dan perempuan-perempuan yang berpuasa, laki-laki yang memelihara farajnya dan perempuan- perempuan yang memelihara farajnya, laki-laki yang banyak mengingat Allah dan perempuan-perempuan yang banyak mengingat Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka pahala ampunan yang besar.” Qs 33:35.

Wanita yang selalu mengingat Allah, juga yang selalu shalat untuk mengingat Allah, mendapatkan balasan kebaikan yang besar. “Laki-laki yang memelihara farajnya dan perempuan-perempuan yang memelihara farajnya, laki-laki yang banyak mengingat Allah dan perempuan-perempuan yang banyak mengingat Allah, maka Allah telah menyediakan untuk mereka pahala ampunan yang besar.” Qs 33:35.

Baca juga : KETEGUHAN BERPEGANG KEPADA AL-QURAN DAN SHALAT

A. Shalat dan Dunia.

Allah membekali manusia dengan shalat. “Dan ingatlah Allah dalam hatimu dengan

merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” Qs 7:205.

Mari kita merendahkan diri dan merasakan takut kepada Yang Maha Besar. Ini akan menimbulkan jiwa besar yang merupakan pantulan dari kebesaran Allah. Jiwa besar tidak akan terpikat dengan godaan urusan dunia, sehingga melalaikan shalat. Lebih jauh dari itu, seseorang yang berjiwa besar akan sanggup mengendalikan pengaruh dunia dan isinya.“Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa berbuat demikian mereka itulah orang-orang yang rugi.” Qs 63:9. Mengingat Allah dalam ayat ini, menurut sebagian besar ulama ahli tafsir adalah shalat lima waktu.

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta mengikuti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” Qs 18:28

“Sesungghnya di antara yang paling aku khawatirkan atas kalian sepeninggalku nanti adalah terbuka lebarnya kemewahan dunia dan keindahannya” Hr Bukhori dan Muslim.

Saudaraku, tinggalkanlah urusan dunia ketika shalat memanggilmu!

B. Shalat dan Para Nabi

Sesungguhnya shalat itu bukan budaya Arab tetapi ia adalah peradaban ilahi, baik Nabi yang berbangsa Arab atau bukan, seluruhnya melaksanakan shalat. Bahkan, seluruh Nabi pernah melaksanakan shalat bersama di Masjidil Aqso saat Nabi Muhammad Isra Mi’raj. Bertindak sebagai imam dalam shalat mereka adalah Nabi Muhammad SAW.

Semua Nabi, baik dari Nabi Adam sampai Nabi Terakhir memerintahkan shalat

“Mereka itulah orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang yang kami bawa dalam kapal bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang yang telah kami beri petunjuk dan kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pengasih kepada mereka, maka mereka tunduk sujud dan menangis.” Qs 19:58

“Kemudian datanglah setelah mereka, pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti keinginannya, maka mereka kelak akan tersesat.”  Qs 19:59.

Nabi Ibrahim As Melaksanakan Shalat.

Nabi Ibrahim As berdoa:

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami perkenankanlah doaku. “Qs 14:40. Anak cucu beliau dari garis Nabi Ishak As adalah Nabi Yaqub As ( Israil As), Nabi Yusuf As, Nabi Musa As, dan seterusnya hingga menurunkan Nabi Isa As. Dan keturunan beliau dari garis Ismail As melahirkan Nabi Muhammad Saw.

Bani Israil Melaksanakan Shalat

Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil.” Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang. Qs 2:83.

“Dan sungguh Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.”

Sungguh jika kamu melaksanakan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada Rasul-Rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesugguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” Qs 5:12