BERPEGANG KEPADA AL-QURAN DAN SHALAT DENGAN TEGUH

Orang-orang yang berpegang kepada Al quran dan melaksanakan shalat juga disebut sebagai orang yang beriman pada hari akhir.
Orang-orang yang berpegang kepada Al quran dan melaksanakan shalat juga disebut sebagai orang yang beriman pada hari akhir.

Orang-orang yang berpegang kepada Al quran dan melaksanakan shalat juga disebut sebagai orang yang beriman pada hari akhir.

“Dan ini Al quran kitab yang kami turunkan dengan penuh berkah, membenarkan kitab- kitab yang diturunkan sebelumnya dan agar engkau memberi peringatan kepada penduduk Ummul Quro dan orang-orang yang ada di sekitarnya, orang-orang yang beriman kepada kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya dan mereka selalu memelihara shalatnya.” Qs 6:92

“Bacalah kitab (Al quran) yang telah diwahyukan kepadamu ( Muhammad ) dan laksanakanlah shalat.” Qs 29:45

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, melaksanakan shalat dan menginfakkan sebagian rezki yang kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak rugi. “Qs 35:29.

Ibnu al Qoyyum rahimallah pernah mengidentifikasikan nyanyian yang bisa menutupi hati dengan istilah quranusysyaithon (satanic verses).

Dan Al quran itu bukan satanic verses, bukan perkataan setan. Qs 81:25.26;210,

A. Shalat, Infak dan Sabar

Shalat, infak dan sabar, tiga kata yang selalu dirangkai. Qs 13:22 22;34,35

Infaq merupakan dana yang diperuntukan bagi lancarnya aktivitas din. Shalat tidak akan tegak tanpa dana.

Kita tidak bisa menutup aurat bila tanpa dana, kita tidak bisa membeli sajadah tanpa dana dan kita tidak bisa mendirikan tempat shalat tanpa dana. Kita tidak bisa shalat aktual dalam artian mencegah perbuatan keji dan mungkar tanpa adanya dana, kita pun tidak bisa shalat      aktual               dalam    makna    menegakkan    din    bila    tanpa    dana. Apapun harta yang kamu infakkan, kebaikannya untuk kamu sendiri. Qs 2:272.

Shalat dan berinfak selama ada waktu Qs 14:31. Tidak zakat menjadi musyrik Qs 41:6,7. Ada hak orang miskin Qs 51: 19. Orang yang berinfak tidak akan memiliki rasa takut kepada manusia Qs 9:18 2;277 Pahala di sisi Allah, tidk takut mati, tidak ada wahn, (cinta dunia, takut mati) Qs 2;110 Kondisi sempit dan luas tetap berinfak.

B. Berpegang Kepada Al quran dan Melaksanakan  Shalat dan Sabar.

berpegang kepada Al quran dan melaksanakan shalat

Sabar bermakna ulet, kerja keras, mengalir        ibarat air yang tidak bisa dibendung. Shalat bermakna doa, zikir, tasbih dan tawakal.

Shalat dan sabar dua hal yang berkaitan. Kita tidak akan bisa shalat jika kita tidak sabar.

Begita pula kita tidak akan cukup sabar (ulet dan kerja keras), tanpa adanya shalat (doa).

“Dan minta tolonglah dengan sabar dan shalat, hal itu amat berat kecuali bagi orang- orang yang khusyu.” Qs 2:45.

Syarat agar bisa shalat dan shabar:

Berdasarkan ayat di atas kita dapat memahami bahwa seseorang akan mampu shalat dan sabar bila memenuhi syarat. Syaratnya adalah khusyu’.

Selari dengan itu, seseorang tidak akan bisa sabar bila tidak memenuhi syarat berikutnya yaitu paham terhadap urusan yang dihadapinya. “Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” Qs18:68,

Dari ayat ini mengertilah kita bahwa janganlah kita cepat-cepat mengambil keputusan dan kesimpulan apalagi yang bersifat negatif, sebelum kita memahami persoalan.

Selanjutnya, jika kita ingin sabar dalam beragama, harus mengerti agama. Sabda Rasulullah SAW “Tidak ada ibadat yang lebih utama kecuali mengerti agama. Dan sesungguhnya seseorang yang mengerti agama lebih sulit syaitan menggodanya daripada seribu orang ahli ibadat. Tiap-tiap sesuatu ada tiangnya. Tiang agama itu adalah memahami soal agama.”HR Daru Quthni.

Jika Allah ingin menjadikan baik seseorang maka ia dipandaikan mengerti agama, sabda Nabi.
  1. Sabar dalam taat.

“Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan shalat dan sabar dalam mengerjakannya.” Qs 20:132

  • Sabar dalam maksiyat. Kita bersabar untuk meninggalkan maksiyat.

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridlaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia.” Qs 18:28.

Manakah yang lebih berat sabar dalam taat atau sabar dalam maksiyat? Dua-duanya berat karena manusia sudah diilhamkan untuk taqwa atau maksiyat “Fa alhamaha fujuroha wa taqwaha” Qs 91:8. Jika berhasil sabar dalam taat dan maksiyat maka beruntunglah orang yang mensucikan dirinya. Jika gagal, maka rugilah orang yang mengotorinya.

  • Sabar dalam mushibah dan bala.

Mushibah adalah perkara yang kita ingin hindari seperti kecelakaan, kerugian dan kesulitan bersifat intrinsik

“Bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.” Qs 31:17 Sabar ketika melarat Qs 2:155, 2:177.

Bala adalah mushibah yang datangnya dari musuh, bersifat ekstrinsik.

“Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu.” Qs 20:130.

Baca juga : Shalat dan berbagai aspeknya

C. Berpegang Kepada Al quran dan Melaksanakan Shalat dan Wanita

berpegang kepada Al quran dan melaksanakan shalat. Kebebasan wanita masuk surga lewat pintu mana saja, mendapatkan jaminan dari Rasulullah SAW.

“Apabila seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, memelihara farjinya, dan taat kepada suaminya, ia masuk surga melalui pintu mana saja yang dikehendakinya.” HR Ibnu Hibban

Itulah penghargaan Islam terhadap wanita, berbanding terbalik dengan kondisi wanita pada masa jahiliyah.

Pada masa jahiliyah, memiliki anak wanita dianggap aib. Sehingga bayi wanita yang baru lahir harus dikubur hidup-hidup. Tidak hanya bayi wanita, bayi laki-laki pun banyak yang dibunuh karena alasan yang sederhana yaitu takut miskin.

Allah bertanya,”Atas sebab apakah bayi-bayi perempuan dibunuh?” Qs 81: 9

Bayi wanita yang lolos dari pembunuhan pun tidak lebih baik hidupnya. Karena menurut tokoh kafir Quraisy Amr bin Ash,, wanita adalah barang yang dijualbeli, diberi makan, didandani, dipakai dan dibuang. Ia berkata” Kami membeli mereka, lalu kami memberi makan mereka, kamilah yang memberi pakaian kepada mereka, kami pula yang memakai dan membuangnya. Apa yang dikatakan Amr b Ash ini, itulah gambaran masyarakat terhadap wanita, saat masa jahiliyah.

Allah mengangkat harkat dan martabat wanita, Ia mengembalikan status dan hak wanita. Ini dapat kita lihat dari kaidah-kaidah Islam sebagai berikut:

  • Sukses atau tidak suksesnya seseorang tergantung penghormatan kepada kaum ibu. Sebagaimana pernyataan Rasul sebagai berikut,“Surga itu di bawah telapak kaki kaum ibu.”
  • Allah menjaga wanita. Konsepnya adalah dengan menutup aurat para wanita. Sebagaimana shalat ada hikmahnya yaitu supaya berdisiplin, maka berjilbabpun ada hikmahnya yaitu supaya dikenal dan tidak diganggu.
  • Nabi Muhammad Saw telah memberikan garis prinsip yang tidak berbeda antara pria dan wanita, dalam hal pendidikan,”Menuntut ilmu wajib bagi kaum muslimin dan muslimat”
  • Seorang wanita muslimah juga tidak terlarang bekerja di bidang-bidang profesional, menjadi mubalighoh, ustazah, pedagang, bidan atau dokter, bahkan para muslimah terdahulu ikut berperang dalam perang uhud, perang jamal, perang khaibar dan perang qadisiyah.

Saat akan berlangsungnya perang khaibar, Rasul baru tahu jika ada 20 orang wanita muslimah yang ikut dalam pasukannya. Beliu marah, lalu memanggil mereka. Para wanita ini menjawab, “kami membawa obat-obatan, air dan anak-anak panah.” Merekapun akhirnya diizinkan oleh Rasul untuk berperang.

 

Mutiara Makna