Mutiaramakna. Di akhir zaman rasa malu akan dicabut dari kaum wanita, demikian pernyataan Rasulullah Saw. Lihatlah di depan mata, banyak contoh bahwa kaum wanita banyak yang tak memiliki rasa malu lagi. Memakai pakaian “you can see” suatu yang no problem.
Rasa malu harus dimiliki
Tanpa rasa malu, manusia akan mengumbar auratnya. Bila rasa malu hilang, tunggulah berbagai kejahatan. Malu yang hilang, seperti mutiara yang hilang. Jika malu terjaga baik maka malu itu:
“Laksana mutiara yang tersimpan baik.”Qs 56:23.
Rasa Malu merupakan faktor yang dominan dan paling ampuh dalam menjaga jiwa.
Standar sempurna atau tidaknya iman seseorang diukur dari rasa malu yang dimiliki. Orang yang memiliki rasa malu akan bertabiat lembut dan demikian sebaliknya.
Nabi Saw bersabda,”Rasa malu itu sebagian dari iman dan iman itu dalam surga (tempatnya) dan sifat tidak punya rasa malu (agresif) adalah tabiat kasar dan tabiat kasar itu dalam neraka (tempatnya).”HR Ahmad
Dari Abu Said al Khudari, katanya, “Rasulullah Saw lebih pemalu dari gadis pingitan dan bila tidak menyukai sesuatu terlihat pada roman wajahnya.” (HR Bukhori)
Nabi Saw bersabda,”Iman terbagi ke dalam lebih dari tujuh puluh bagian. Yang utama ucapan laa ilaah illa Allah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan dan sifat malu adalah salah satu dari bagian iman.”(HR Muttafaq alaih ).
Sifat malu merupakan bagian dari iman karena dengan malu, tujuh puluh bagian iman yang lain akan mudah didapatkan. Selain malu, kepercayaan diri juga harus ditumbuhkan.
Ingat, berbusana yang baik merupakan cara meningkatkan kepercayaan diri.
Seseorang pernah datang kepada Nabi dengan pakaian yang jelek.
Beliau bertanya,”Apakah engkau punya harta.” “Ya” jawabnya.”Harta dari apa?” tanya beliau. Dia menjawab,”Dari unta, kambing, kuda dan budak belian.” Beliau lantas bersabda,”Apabila Allah memberimu harta, hendaklah terlihat bekas nikmat Allah dan kemurahan-Nya yang Dia berikan kepadamu.” (HR Abu Daud).
Selain meningkatkan kepercayaan diri, berbusana baik juga implementasi rasa syukur kepada Allah.
Tanpa adanya bimbingan Tuhan, maka manusia sampai saat ini akan berpakaian sekenanya dan seadanya. Kita bersukur bahwa Allah telah membimbing umat Islam, sehingga wanita-wanita mukminah berjilbab dan kaum muslimin berpakaian yang indah.
Itulah nikmat yang sangat berharga. Dan jika umat manusia menghitung nikmat Allah maka tidak akan terhitung.
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak dapat menghitungnya.”Qs.14:34.
“Maka terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah kamu menyebut-nyebutnya ((tahaduts bi al niam).” Qs 93:11.
Nikmat yang telah diterima seperti nikmat iman, islam, sehat, umur, harta, ilmu waktu dan kesiapan mengenakan jilbab harus sering disebut-sebut. Caranya dengan mengadakan acara tasyakuran, da’wah tentang jilbab, berinfak dan bershodaqoh.
Baca juga : Perintah Menjaga Pandangan
“Sesungguhnya kami telah memberimu nikmat yang banyak.” Qs 108:1.
Surat ini diturunkan ketika putra lelaki Rasulullah yang terakhir wafat. Orang-orang kafir Mekkah menghina beliau. Mereka menyatakan bahwa Rasul tidak punya anak lelaki dan tidak ada penyambung garis perjuangannya.
Mereka mengatakan bahwa Muhammad telah buntung, artinya tidak ada pelanjutnya. Selain itu, mereka juga mencela bahwa pengikutnya hanya kaum proletar. Allah menjawab bahwa nikmat yang telah diterima oleh Nabi Muhammad sangat banyak.
Garis perjuangan tetap berlanjut oleh keturunan, putri-putri dan cucu-cucu beliau. Serta tidak sedikit pengikutnya dari kalangan kaum menengah ke atas.
Bahkan ketika kemenangan diraih. Seluruh penguasa jazirah Arab tunduk di bawah kekuasaannya. Orang yang menghina beliaulah yang terputus garis keturunannya. Qs 108:3.
Adakah keturunan Abu Lahab sampai kini? Padahal keturunan Rasulullah yang menguasai dan menyebar di seluruh dunia, ada yang habib, syarif maupun sayyid, bahkan para wali di tanah Jawa mayoritas adalah keturunan Rasul.
Oleh karena itu berdoa dan beraqiqahlah, Qs 108:2 saat kelahitan putra-putri, agar keturunan kita menjadi masyhur.
Kita juga harus sering berdoa agar mendapat jalan yang diridloi Tuhan yaitu
“Jalan orang-orang yang telah diberi nikmat.” Qs 1:7. 83:22.
Jadikan orang yang diberi nikmat sebagai sahabat kita. Memiliki sahabat merupakan peluang yang sangat baik. Bila kita tidak memiliki sesuatu, sedangkan kita memerlukannya, kita dapat pinjam kepada mereka.
Ummu Athiyah berkata kepada Rasulullah,”Ya, Rasulullah apakah kami salah, bila ada teman kami yang tidak pergi lantaran tidak ada jilbab. Rasul bersabda,”Hendaknya temannya meminjamkan jilbab untuknya.” HR Bukhori.
Orang-orang yang diberi nikmat adalah mereka yang pandai bersyukur yaitu para Nabi, shiddiqin, syuhada dan sholihin Qs 4:69. Merekalah sahabat sebaik-baiknya.
1 Comment
View Comments